Quran Motivasi Menuntut Ilmu

Di satu sisi, dorongan untuk menuntut ilmu digambarkan Al-Qur’an pada wahyu paling pertama yang diturunkan. “Iqro’”, begitulah redaksi perintah tersebut. Kata “iqro’” tidak semata diartikan sebagai “bacalah”, tapi juga bisa diartikan sebagai “telitilah”, “dalamilah”, serta “ketahuilah”. Pada ayat tersebut, tidak disebutkan tentang apa yang harus “dibaca” tetapi memberikan koridor “dengan nama Rabb” yang menunjukkan bahwa aktivitas itu harus bernilai ibadah dan secara umum juga bernilai bagi kehidupan. Untuk itu, maka tinjaulah alam, tinjaulah sejarah, sampai tinjaulah diri sendiri. Alat peninjau itupun sudah dipaparkan secara eksplisit oleh Al-Qur’an. Potensi yang dimiliki manusia untuk memahami pengetahuan adalah pendengaran, penglihatan, akal, dan hati. Dorongan untuk menguasai teknologi menjadi semakin kuat dengan pernyataan dalam Al-Qur’an bahwa alam ditundukkan untuk dikuasai manusia.

Adapula sebuah motif tidak langsung yang ditimbulkan oleh Al-Qur’an terhadap penyelidikan ilmiah. Hasrat utama umat Muslim adalah memahami kandungan dari pedoman hidup mereka, yaitu Al-Qur’an. Sebagian ada yang ‘mudah’ dipahami namun ada juga sebagian yang ‘tidak dapat’ dipahami kecuali dengan pengetahuan ilmiah. Dengan bermacam ayat-ayat tentang fenomena alam maka para penafsir akan merasa perlu untuk memiliki macam-macam pengetahuan ilmiah sehingga akhirnya dapat menguak makna yang dimaksud oleh Al-Qur’an.

Di sisi lain, Al-Qur’an juga memberikan gambaran-gambaran umum tentang objek sains yang dapat dipelajari. Objek ini diistilahkan dengan “ayat” yang ada pada alam maupun pada diri manusia itu sendiri (bahasa dan logika). Dikatakan bahwa ada sekitar 700 ayat yang membicarakan fenomena alam. Penjelasannya kadang umum dan kadang rinci dan semuanya bernilai kebenaran (Al-Qur’an adalah kebenaran mutlak). Banyak pembicaraan tentang penciptaan alam, astronomi, bumi, hewan, tumbuhan, sampai tentang kelahiran manusia. Hal-hal tersebut malah dewasa ini dapat dibuktikan oleh sains modern.

Berbeda dengan sekularisme Barat, Islam mengembangkan ilmu pengetahuan dalam kerangka religi. Islam menjadi alat utama dalam usaha ilmiah para penganutnya. Sebagai bukti, banyak ayat Al-Qur’an dan perkataan Rasul (Hadits) yang menjadi bahan bakar yang luar biasa bagi umat Muslim untuk mempelajari ilmu. Anjuran menuntut ilmu, teguran untuk memikirkan, penghargaan bagi siapa yang mengetahui, dan sebagainya bertebaran dalam kitab suci kaum Muslim. Hal ini diperkuat dengan pemaparan Al-Qur’an tentang fenomena-fenomena alam beserta kompleksitasnya, keserasiannya, dan kesempurnaannya yang semakin merangsang untuk diselidiki. Belum lagi dari sisi syari`at, dimana pemeluk seakan dipaksa menguasai ilmu pengetahuan guna menunjang pelaksanaan ibadah. Sebagai contoh, ibadah shalat yang harus dilaksanakan pada waktunya serta ibadah puasa yang wajib dilakukan pada bulan tertentu sehingga mutlak dibutuhkan penguasaan terhadap siklus waktu kosmik. Pun dengan hukum waris yang menuntut keahlian hitung (matematika) Akhirnya kesemuanya itu terbingkai dalam tujuan tertinggi untuk mengenal, mengabdi, dan mendekatkan diri kepada Allah.

referensi:

– Bucaille, Maurice, dr. 1995. The Bible, The Qur’an and Science. Dubai: El-Falah Foundation.

– Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Jakarta: Mizan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *