Puasa Ramadhan dan Perbaikan Penghasilan

*inspirasi dari berbagai sumber

Puasa Ramadhan dalam Al-Quran dibahas pada Surat Al-Baqarah mulai ayat 183 hingga ayat 187. Dari rangkaian ayat-ayat tersebut, dapat ditarik konklusi bahwa: tujuan puasa adalah taqwa; tujuan Ramadhan ialah untuk memperkenalkan kembali kepada Al-Quran dan membangkitkan apresiasi terhadap Al-Quran. Keseluruhan konstruksi antara puasa dan Ramadhan, fakta bahwa telah didapatkan taqwa, fakta bahwa telah terkoneksi dengan Al-Quran; lalu, dimanakah hal tersebut termanifestasi pertama kali setelah Ramadhan? What’s next?

Al-Quran, sebagai tali Allah yang kepadanya umat berpegang, adalah rajutan ayat-ayat yang serasi. Sistematika urutan ayat ditentukan berdasar petunjuk Allah tentu bukan tanpa alasan. Ayat-ayat Al-Quran merupakan serat yang membentuk tenunan hidup seorang Muslim. Oleh karena itu, untuk menemukan tindaklanjut puasa Ramadhan, ayat berikutnya (Al-Baqarah 188) menyatakan,

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”

Diantara poin yang dapat diekstrak antara lain:
– memakan harta dengan cara batil
– menggunakan harta untuk menyuap atau kuasa memanipulasi aturan demi kepentingan pribadi sehingga dapat mengambil bagian/hak orang lain
– korupsi masalah finansial dengan penuh sadar dan pengetahuan

Jelaslah menurut alur Kalamullah, bahwa salah satu hasil taqwa akan muncul pertama kali pada “how we make money”; “the way we earn”; “financial dealing”. Kita boleh saja puasa sebulan penuh, sholat tarawih tiap malam, mengkhatamkan Al-Quran berkali-kali. Namun jika kembali berbisnis haram, cara-cara curang, penipuan, kebohongan dalam kontrak, penggelapan dana, pelaporan palsu, ketidakadilan upah, penyelewengan tanggung jawab, makan gaji buta, unprofessional, dan sebagainya; dengan demikian, maka kita meraih taqwa yang semu. Kita seringkali mempermasalahkan tentang makanan halalan-thoyyiban; apakah kita juga mempertimbangkan tentang bagaimana untuk memperoleh makanan tersebut? Uang yang digunakan untuk konsumsi pun harus baik.

Perbaiki pendapatan. Itulah salah satu transaksi yang pertama-tama Allah singgung pasca pembicaraan puasa Ramadhan. Karena jika dalam bulan Ramadhan kita dapat menahan diri dari kebutuhan paling mendasar, yaitu makan dan minum, maka selanjutnya bersihkan penghasilan untuk kehidupan yang lebih berkah. Dengan parameternya adalah hukum Allah, ketaqwaan akan berada disana, dan Allah niscaya memberi anugrah.

Raudhotul Mu’minin, 27 Ramadhan 1437H

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *