Bacaan Para Qari’ pada Zaman Ini

(Disadur secara bebas dari Kitab At-Tamhid fi `Ilm At-Tajwid karya Imam Al-Jazari*)

Sesungguhnya diantara hal yang diada-adakan oleh manusia dalam membaca Al-Qur’an adalah suara nyanyian, yang mengenainya Rasulullah saw telah mengabarkan bahwa hal itu kelak akan terjadi dan melarangnya. Disebutkan bahwa bagian Al-Qur’an yang pertama-tama dilagukan adalah Firman-Nya `Azza wa Jalla,
أما السفينة فكانت لمساكين يعملون في البحر
dibaca seirama dengan perkataan penya’ir,
أما القطاة فإني سوف أنعتها … نعتا يوافق عندي بعض ما فيها
Dalam hal ini Rasulullah saw telah bersabda**, “Hati mereka tertimpa fitnah, dan begitu juga hati orang yang mengagumi perkara tersebut.”
Continue reading “Bacaan Para Qari’ pada Zaman Ini”

Do`a untuk Menghafal Al-Qur’an dan Mencegah Lupa

Secara umum, para penghafal Al-Qur’an bila ditanya mengenai kiat menghafal akan menegaskan bahwa hal tersebut sederhana namun memerlukan komitmen. Diantaranya adalah kelurusan niat, kesungguhan usaha, pengulangan/muroja`ah, dan do`a. Yang disebut terakhir mungkin rentan/banyak terluputkan padahal sudah tentu justru itulah senjata pamungkas bagi setiap mu’min. Di atas segalanya, Al-Qur’an adalah Kalamullah yang diturunkan untuk manusia. Untuk bisa menguasainya maka mintalah karunia itu kepada Allah. Jangan sampai terjebak pada arogansi karena mengandalkan strategi atau kemampuan ingatan semata.

Ibnu Katsir dalam Fadha’ilul Qur’an pada bagian akhirnya mencantumkan Bab Do`a Nabi untuk Menghafal Al-Qur’an dan Mencegah Lupa. Peneliti naskah kitab tersebut (Abu Ishaq Al-Huwaini) mengomentari bahwa secara garis besar hadits padanya tidak shahih dari segi sanad dan matan.* Selagi berhati-hati dalam mengambil hadits tersebut, do`a yang terpetik setidaknya bisa menjadi inspirasi akan hal-hal apasaja yang patut disertakan dalam munajat kita. Semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba pilihan-Nya yang mewarisi Al-Qur’an dengan baik. Berikut ini adalah salah satu redaksi haditsnya;
Continue reading “Do`a untuk Menghafal Al-Qur’an dan Mencegah Lupa”

Jangan Mengubah Sangka kepada Allah

Iman seseorang akan terlihat dengan jelas ketika menghadapi cobaan. Ia terus berdo`a dengan sungguh-sungguh, namun tidak kunjung melihat tanda-tanda dikabulkan. Harapannya tidak pernah berubah meski banyak alasan untuk putus asa. Karena ia tahu benar bahwa Tuhannya lebih mengetahui apa yang terbaik baginya dibanding dirinya. Tidakkah Anda mendengar kisah Nabi Ya`qub as? Dia didera cobaan selama 80 tahun, tapi harapannya tidak pernah berubah. Ketika dia kehilangan Bunyamin setelah kehilangan Yusuf as, harapannya tetap tak berubah. Dia justru berkata,

“Mudah-mudahan Allah berkenan mendatangkan mereka semuanya kepadaku.” (QS Yusuf: 83)

Jadi, jangan sekali-kali Anda merasa terlalu lama didera cobaan dan menggerutu karena terlalu banyak berdo`a. Karena Anda sedang diuji dan diminta untuk bersabar dan berdo`a. Jangan pernah merasa putus asa dari rahmat Allah, meski cobaan sudah lama mendera.

“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” (QS Yusuf: 87)

Kendati banyak sekali musibah, derita dan perubahan yang silih berganti mendera Nabi Ya`qub as, namun satu hal yang tidak pernah berubah pada dirinya adalah dia selalu berbaik sangka kepada Allah.

Sumber: Shaydul Khathir, Ibnul Jauzi

Nasionalisme yang Sebenarnya

Risalah dari Prof. DR. Muhammad Badi’, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin, 29-11-2012
Penerjemah:
Abu ANiSA

Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah saw beserta keluarga dan para sahabat serta orang-orang yang mendukungnya, selanjutnya…

Bahwa cinta kepada kampung halaman adalah naluri dan fitrah yang dianugerahkan kepada Manusia, bahkan dianugerahkan kepada seluruh makhluk.. Tidakkah Anda melihat burung-burung bermigrasi melakukan perjalanan ribuan mil, dan kemudian kembali ke habitat aslinya setelah melewati suasana yang keras berupa cuaca yang keras atau iklim yang parah? ..
Continue reading “Nasionalisme yang Sebenarnya”

universitas kehidupan

Jika semua yang kita kehendaki terus kita MILIKI, darimana kita belajar IKHLAS

Jika semua yang kita impikan segera TERWUJUD, darimana kita belajar SABAR

Jika setiap do’a kita terus DIKABULKAN,

bagaimana kita dapat belajar IKHTIAR

Seorang yang dekat dengan TUHAN,

bukan berarti tidak ada air mata

Seorang yang TAAT pada TUHAN, bukan berarti tidak ada KEKURANGAN

Seorang yang TEKUN berdo’a, bukan berarti tidak ada masa-masa SULIT

Biarlah TUHAN yang berdaulat sepenuhnya atas hidup kita, karena TUHAN TAHU yang tepat untuk memberikan yang TERBAIK

Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETULUSAN

Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kamu sedang belajar KEIKHLASAN

Ketika hatimu terluka sangat dalam……, maka saat itu kamu sedang belajar tentang MEMAAFKAN

Ketika kamu lelah dan kecewa, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KESUNGGUHAN

Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETANGGUHAN

Ketika kamu harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung,

maka saat itu kamu sedang belajar tentang KEMURAH – HATIAN

Tetap semangat….

Tetap sabar….

Tetap tersenyum…..

Karena kamu sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN

TUHAN menaruhmu di “tempatmu” yang sekarang, bukan karena

“KEBETULAN”

Orang yang HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan.

MEREKA di bentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN & AIR MATA……

( Disadur dari Buku Sepatu Dahlan Iskan).

Biografi Qari’: Muhammad Ibnu Al-Jazari

“Maka hendaklah seorang bersungguh-sungguh dalam meraihnya (kemuliaan Al-Qur’an); dan jangan pernah merasa lelah dalam men-tartil-kannya” (Al-Jazari)

Imam ibnu Al-Jazari; syaikhul qurra’ dan muhadditsin pada zamannya; ‘Bukhari’ di kalangan qari’; banyak melakukan perjalanan dalam belajar, mengajar, serta menelurkan karya tulis yang mencukupi perbendaharaan ilmu qiro’at; menyebarkan qiro’at dan hadits ke setiap negeri yang didatanginya.
Continue reading “Biografi Qari’: Muhammad Ibnu Al-Jazari”

Engineering sebagai Fitrah Manusia

*Sebuah tadzakkur singkat dari buku yang lama tersimpan sejak undergraduate: Concepts in Engineering

Jika kita menengok kepada kursi yang kita duduki, perhatikanlah bahwa bagian besinya terbuat dari bijih besi dari pertambangan yang dibuat oleh insinyur pertambangan. Bijih besi kemudian dimurnikan oleh para insinyur metalurgi di sebuah pabrik yang dibuat oleh insinyur sipil dan mesin. Insinyur mesin juga mendesain komponen kursi beserta peralatan yang diperlukan untuk membuatnya. Bahan-bahan pelengkap kursi mungkin diturunkan dari minyak bumi hasil kerja insinyur perminyakan yang kemudian dimurnikan oleh insinyur kimia. Produk kursi kemudian didistribusikan oleh mobil truk yang dirancang oleh insinyur mesin, penerbangan, serta elektro di sebuah pabrik dimana insinyur industri mengoptimasi dari segi ruang, modal, dan sumber daya. Bahkan jalan yang dilalui truk bersangkutan adalah jalan yang didesain oleh insinyur sipil. Begitu jelas bahwa insinyur (atau lebih lanjut akan ditulis: engineer) memegang peran penting pada benda-benda ‘biasa’ di sekeliling. Maka tidak perlu dipertanyakan lagi akan peran engineer pada berbagai benda canggih yang beredar dalam kehidupan kita [1].
Continue reading “Engineering sebagai Fitrah Manusia”

Project halaqahquran.com

Assalamu`alaykum Wr Wb.

Bismillahirrahmanirrahim.

Kami sedang mencoba membuat aplikasi halaqah qur’an berbasis web. Aplikasi ini diperuntukkan sebagai sarana pengajaran dalam halaqah qur’an, training tahsin, dan sebagainya. Dibuat (versi awal) dalam platform web supaya bisa diakses lewat laptop, tablet, dan smartphone selagi berjalannya halaqah. Harapannya, halaqahquran.com bisa menjadi sumber materi-materi yang diperlukan guna mengiringi proses belajar-mengajar Al-Qur’an.
Continue reading “Project halaqahquran.com”

Imbalan atas Pengajaran Al-Qur’an

Dari `Ubadah bin Ash-Shamit; ia berkata, “Aku mengajari Al-Qur’an dan menulis kepada beberapa orang dari penghuni Ash-Shuffah, lalu seorang dari mereka memberiku hadiah sebuah busur panah. Maka aku pun berkata, ‘Ini bukanlah termasuk harta, dan aku gunakan di jalan Allah.’ Lalu aku tanyakan hal itu kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam. Beliau menjawab, ‘Jika engkau suka untuk dikalungi api neraka, maka terimalah.’” [HR Ibnu Majah, Abu Daud, Ahmad]

Hadits tersebut adalah dalil bagi yang mengharamkan mengambil upah atas Al-Qur’an yaitu madhzab terdahulu Abu Hanifah dan Ahmad bin Hanbal. Diantara yang berpendapat seperti itu juga adalah Az-Zuhri dan Ishaq bin Rahawaih. Ulama generasi akhir dari Hanafi kemudian meringankannya menjadi makruh. Akan tetapi, jika imbalan itu merupakan hadiah dan bukannya upah yang disyaratkan dalam pengajaran Al-Qur’an, maka hukumnya mubah. Demikian pendapat Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin, dan Asy-Sya`bi. Sedangkan madzhab `Atha’, Syafi`i, Maliki, Abi Tsaur serta mutaakhirin dari Hanbali membolehkan upah atas Al-Qur’an. Dikatakan bahwa Nabi saw melarang `Ubadah ra mengambil imbalan adalah karena sejak awal `Ubadah diutus secara sukarela sebagai ibadah karena Allah Ta`ala untuk mengajarkan Al-Qur’an tanpa niat mendapat upah. Dalam pada itu, jika kemudian menerima imbalan dikhawatirkan niatnya menjadi rusak. Ditambah lagi Ahlu Shuffah (yang diajarkan Al-Qur’an oleh `Ubadah ra) adalah kaum faqir yang selayaknya dibantu, bukan malah dituntut hartanya. Continue reading “Imbalan atas Pengajaran Al-Qur’an”

Tafsir Surat Thaha Ayat 2

Allah swt berfirman,
مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى
Maknanya adalah, “Wahai engkau, tidaklah Kami menurunkan kepadamu Al-Qur’an untuk menyusahkanmu. Tidaklah Kami menurunkannya maka Kami membebanimu dengan apa yang tidak kau sanggupi dari mengamalkannya.” Tidaklah Kami menurunkan (dengan keagungan Kami) kepadamu (yang terkemuka dari makhluk Kami) Al-Qur’an (Kitab yang paling agung, yang terkumpul segala kebaikan, penolak segala keburukan, yang telah Kami mudahkan dengan lisanmu) untuk membuatmu susah (yaitu lelahnya hatimu karena sedikitnya yang mengikuti seruanmu dan penentangan kaummu). Az-Zamakhsyari berkata, “Bahwa tidak ada atasmu kecual untuk menyampaikan dan mengingatkan; tidak ditetapkan atasmu untuk bertanggung jawab atas keimanan mereka sehingga tidak perlu melampaui batas dalam menyampaikan risalah serta pengajaran yang baik.”
Continue reading “Tafsir Surat Thaha Ayat 2”