Kenalilah Allah Maka Dia Akan Mengenalimu

“..Kenalilah Allah di kala engkau senang, maka Dia akan mengenalimu di kala engkau susah..” [HR Tirmidzi, Ahmad, Abu Ya`la, Hakim] Jalur Imam Tirmidzi dan Imam Ahmad dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Shahih Al-Jami`.

Jika seorang hamba bertaqwa kepada Allah dan senantiasa menjaga hak-hak-Nya di saat senang dan sehat, maka ketahuilah bahwa Allah akan senantiasa bersamanya dalam kesenangan dan kesusahan. Jika seorang mengenali Allah dengan cara melaksanakan keta`atan ketika dalam keadaan sehat dan lapang, maka Allah akan mengingatinya ketika ia susah dengan menyayanginya, menolongnya, dan menghilangkan kesusahannya.

Perkara ini bersifat khusus yang mencakupi pendekatan Allah dengan hamba-Nya dan kecintaan-Nya serta terkabulnya do`a hamba tersebut. Ini juga maksud hadits qudsi:

“..Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai daripada dengan apa-apa yang telah Aku perintahkan kepadanya. Dan hamba-Ku masih terus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal sunnah sampai Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, dan menjadi penglihatannya yang dipakai untuk melihat, dan menjadi tangannya yang digunakan untuk menyentuh, Jika dia memohon kepada-Ku niscaya Aku penuhi, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, niscaya aku beri perlindungan kepadanya.” [HR Bukhari]

Adapun orang yang tidak mengenali Allah ketika mereka berada dalam kesenangan, maka tidak akan ada yang mempedulikannya dalam kesusahan, di dunia maupun di akhirat.

Do`a atas Kelahiran Anak

Merupakan atsar yang dinisbatkan kepada Husain bin `Ali r.a., bahwa beliau mengajarkan seseorang jika mendapati orang lain dikaruniai anak, agar mengucapkan selamat dengan do`a:

Barokallahu laka fil-mauhubi wasyakarta al-Wahib wabalagha asyuddahu waruziqta birrohu.

“Semoga keberkahan terlimpahkan kepadamu atas kelahiran ini. Bertambah syukurnya kepada Allah Yang Maha Pemberi karunia. Bisa melihatnya hingga dewasa. Dan dikaruniai kebaikan-kebaikannya serta keberbaktiannya.”

Dan orang yang diberi ucapan selamat itu menjawab:

Barokallahu laka wa baroka `alayka wa jazakallahu khayran wa rozaqokAllahu mitslahu wa ajzala tsawabaka.

“Semoga Allah memberkahimu, memberikan kebaikan kepadamu, memberimu balasan yang baik, memberi karunia seperti ini juga, dan menggandakan pahalamu.”

Semua dalam bentuk mudzakkar mufrod (lelaki tunggal).

Sedangkan do`a untuk anak, itu merupakan hadits riwayat Bukhari juga Abu Dawud dari Ibnu `Abbas, ketika Rasulullah mendo`akan Hasan-Husain yang baru lahir, dengan redaksi fa`il mufrod (yg mendo`akan tunggal) dan maf`ul mutsanna mudzakkar (anak yg dido`akan dua orang lelaki):

U`idzukuma bikalimatillahi at-tammah min kulli syaithonin wahammah wamin kulli `ainin lammah.

“Aku memohonkan perlindungan atas keduanya dengan Kalimat-kalimat Allah yang
sempurna dari segala godaan syaitan dan binatang buas, serta dari pandangan mata orang yang dengki.”

Kata ganti (dhomir-nya) silakan disesuaikan.

Bahasan lengkapnya bisa dilihat di:
Al-Adzkar, Imam An-Nawawi
Shahih Kitab Al-Adzkar wa Dho`ifuhu, Salim bin Ied Al-Hilali
Hishnul Muslimin, Said bin Ali Al-Qahthani
Tuhfah Adz-Dzakirin, Imam Ibnu Jazari

Semoga bermanfaat.
Allohu wa Rosuluhu a`lam.

Sumbangsih Peradaban Islam bagi Sains

Abstrak – George Sarton dalam bukunya ‘Introduction to the History of Science’ menulis, “It will suffice here to evoke a few glorious names without contemporary equivalents in the West: Jabir ibn Haiyan, al-Kindi, al-Khwarizmi, al-Fargani, al-Razi, Thabit ibn Qurra, al-Battani, Hunain ibn Ishaq, al-Farabi, Ibrahim ibn Sinan, al-Masudi, al-Tabari, Abul Wafa, ‘Ali ibn Abbas, Abul Qasim, Ibn al-Jazzar, al-Biruni, Ibn Sina, Ibn Yunus, al-Kashi, Ibn al-Haitham, ‘Ali Ibn ‘Isa al-Ghazali, al-zarqab, Omar Khayyam. A magnificent array of names which it would not be difficult to extend. If anyone tells you that the Middle Ages were scientifically sterile, just quote these men to him, all of whom flourished within a short period, 750 to 1100 A.D.”

Continue reading “Sumbangsih Peradaban Islam bagi Sains”

Biografi Ibnu `Abbas

`Abdullah bin `Abbas bin `Abdul Muththalib bin Hasyim lahir di Makkah tiga tahun sebelum hijrah. Ayahnya adalah `Abbas, paman Rasulullah, sedangkan ibunya bernama Lubabah binti Harits yang dijuluki Ummu Fadhl yaitu saudara dari Maimunah, istri Rasulullah. Beliau dikenal dengan nama Ibnu `Abbas. Selain itu, beliau juga disebut dengan panggilan Abul `Abbas. Dari beliau inilah berasal silsilah khalifah Dinasti `Abbasiyah.

Ibnu `Abbas adalah salah satu dari empat orang pemuda bernama `Abdullah yang mereka semua diberi titel Al-`Abadillah. Tiga rekan yang lain ialah ‘Abdullah bin `Umar (Ibnu `Umar), `Abdullah bin Zubair (Ibnu Zubair), dan `Abdullah bin Amr. Mereka termasuk diantara tiga puluh orang yang menghafal dan menguasai  Al-Qur’an pada saat penaklukkan Kota Makkah. Al-`Abadillah juga merupakan bagian dari lingkar `ulama yang dipercaya oleh kaum muslimin untuk memberi fatwa pada waktu itu.
Continue reading “Biografi Ibnu `Abbas”

Adab Bercanda dan Bergurau

Muqaddimah

Islam adalah agama yang peripurna. Segala hal dalam kehidupan ini, mendapat porsi dalam Islam. Islam adalah diin al-adab, atau agama yang mengajarkan norma-norma luhur dan suci bagi umat manusia. Salah satu hal terkait norma-norma yang diajarkan Islam adalah adab berbicara. Allah menciptakan umat manusia dengan dua telinga dan satu mulut agar mereka lebih banyak mendengar daripada berbicara. Berbicaralah sedikit saja tetapi mengena, berkualitas, dan bermakna, daripada berbicara panjang lebar tidak jelas manfaatnya. Allah berfirman,

Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang dalam shalatnya selalu khusyu`. Dan orang-orang yang dari hal yang tidak berguna mereka selalu bepaling. [QS Al-Mu`minun (23) : 1-3]

Mukmin yang seperti ini adalah mukmin yang memiliki sifat-sifat yang dekat kepada Rasulullah, di mana diamnya adalah fikir, ucapannya adalah dzikir, dan amalnya adalah keteladanan.
Continue reading “Adab Bercanda dan Bergurau”

Mengenal Thoriq Qur’an

Dalam pembelajaran pembacaan Al-Qur’an ada istilah yang disebut ‘Thoriq’. Mengenai Thoriq/Thoriqoh/Tarekat ini, barangkali frasa yang lebih familiar di telinga adalah yang terkait aliran dalam ajaran tasawuf/sufisme, misalnya Tarekat Naqsyabandiyah, Tarekat Qadiriyah, Tarekat Hashafiyyah, dan lain-lain. Nama tarekat biasanya menggunakan nama guru yang mengajarkan atau yang menjadi rujukan dalam aliran. Bisa dibilang, Thoriq Qur’an pun secara mekanisme mirip seperti itu.

Thoriq adalah tingkatan ketiga pada hirarki madzhab membaca Al-Qur’an. Urutannya yaitu: Qiro’at, Riwayat, kemudian Thoriq. Madzhab yang populer di Indonesia adalah Qiro’at-`Ashim Riwayat-Hafsh Thoriq-Syathibi. Selain itu dapat juga berjuluk Riwayat Hafsh `an `Ashim min Thoriq Syathibiyyah.
Continue reading “Mengenal Thoriq Qur’an”

Dengki dan Konsekuensinya

Hasad (dengki) adalah benci terhadap hal keni`matan yang Allah berikan kepada orang lain. Baik itu berkeinginan hilangnya ni`mat tersebut maupun tidak (hanya sebatas tidak suka). Definisi yang seperti ini juga dipaparkan oleh Ibnu Taimiyyah rahimahulloh.

Kadangkala, hasad ini sulit dihindari oleh manusia karena bisa saja muncul secara tiba-tiba. Jika hasad maka jangan diikuti terus perasaan itu. Apabila seorang merasakan dalam hati ada hasad kepada orang lain maka jangan sampai rasa itu mendorongnya untuk berbuat zhalim, baik dengan perkataan (ghibah, fitnah, dll.) maupun perbuatan.

Orang yang hasad sekaligus terjerumus pada beberapa kesalahan berikut:
Continue reading “Dengki dan Konsekuensinya”

Tidak Ada Islam dalam Film-Film Islam

Menampilkan film bertajuk Islam (atau minimal menyajikan setting dan cerita yang memberikan deskripsi Islam) adalah sebuah amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Sedikit banyak pemirsa akan menarik image terhadap Islam dari film-film seperti itu. Akan fatal akibatnya jika film berlabel ‘Islami’ tersebut ternyata malah menayangkan hal-hal yang justru bertentangan dengan nilai-nilai Islam itu sendiri. Bisa-bisa orang akan mengira dan menyimpulkan bahwa seperti itulah Islam. Padahal mungkin sebaliknya.

Saya pernah mengetahui bahwa di luar negeri, pembuatan film diawali riset intensif, tidak hanya terhadap pangsa pasar, tapi juga terhadap keabsahan cerita yang akan dibawakan. Hendaknya para penggarap ‘Film Islami’ juga bertindak seperti itu. Kaji secara serius nilai-nilai yang diskenariokan. Diskusikan dengan pakar yang kompeten dari pihak ulama dan/atau cendekiawan muslim. Jangan hanya memanfaatkan label ‘Islam’ untuk mendongkrak rating dan popularitas saja. Continue reading “Tidak Ada Islam dalam Film-Film Islam”

Puasa dan Tingkatan Agama

Dalam berislam, dikenal adanya tingkatan-tingkatan. Setiap orang akan memperoleh konsekuensi sesuai tingkatannya secara adil dengan ukuran ke-MahaBijaksana-an Allah.

(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. [QS Ali-Imran (3) : 163]

Seorang `alim yang melakukan kesalahan sengaja padahal ia tahu bahwa hal itu salah, tentu saja balasan dosanya akan berbeda dengan seorang awam yang melakukan kesalahan sama tetapi ia tidak tahu (secara ilmu) bahwa hal itu salah. Continue reading “Puasa dan Tingkatan Agama”

Menjawab Pertanyaan Kehidupan

Aku diajari, jika satu ketika muncul pertanyaan tentang kehidupan di benak ini, maka carilah jawabannya di Al-Qur’an. Namun bila kau tidak menemukan jawaban padanya, bukan berarti Al-Qur’an tidak menjelaskan, tapi ilmumu yang belum sampai. Bertanyalah pada ahli Al-Qur’an dan/atau belajarlah lebih dalam lagi.

Karena orang yang lebih mengandalkan dan mendahulukan pemikiran/filosofi/akalnya daripada Al-Qur’an dan As-Sunnah akan rentan tertipu oleh fatamorgana. Dianggapnya benar padahal tersalah karena syubhat. Dikiranya baik padahal tersia-sia oleh hawa nafsu/syahwat.